Pernah membaca dan mendengar bahwa mengubah posisi perabot dalam satu ruangan akan menghasilkan nuansa berbeda. Ya tentu saja. Perubahan itu sendiri merupakan nuansa yang berbeda. Itu pula yang kudapatkan tepatnya, kami dapatkan saat kami (aku dan suami) mengubah posisi perabot di dalam kamar.
Sebenanrya sudah sejak lama kami ingin mengubah posisi perabot. Tapi selalu saja tak jadi. Kendala utama adalah rasa malas. Hehe...
Pekan lalu kami membeli kasur baru. Kasur yang jauh lebih nyaman daripada sebelumnya. Ya wajar saja lah. Harganya memang cukup membolongi tabungan. Tapi memang ada harga ada rupa. Kami tak menyesal dengan pilihan itu. Kasur empuk berkualitas tersebut kalau dihitung-hitung secara matematika, sangat murah karena diperkirakan awet sampai lebih dari 10 tahun.
Nah karena sudah membeli kasur, tentu saja mau tidak mau harus segera membongkar kamar. Pertama, kami sudah enggan menggunakan ranjang. Bukan apa-apa, tapi ranjangnya sudah tidak lagi nyaman alias harus pensiun. Kedua, kami merasa posisi tempat tidur selama ini tidak menyenangkan. Terlalu langsung menghadap pintu. Menurut feng shui (aku pernah mendengarnya dari ahli feng shui di salah satu stasiun televisi swasta), posisi tersebut tidak baik karena angin langsung mengenai badan si empunya kamar. Jadinya sering mengalami masuk angin.
Entah benar entah tidak tapi aku memang lumayan sering kerokan. Kami bukan penganut feng shui tapi kami merasa harus mengubah posisi perabot. Sudah bosan. Hehe... Makanya begitu ada kesempatan mengganti kasur, kami pun mengubah posisi perabot secara keseluruhan.
Pelaksanaannya baru dilakukan kemarin alias satu pekan setelah membeli kasur. Bukan malas tapi kesibukan suamiku menjelang Idul Adha kemarin. Maklum, ia memiliki bisnis musiman berjualan kambing. Alhamdulillah berjalan lancar.
Semenjak siang sampai sore kami mengatur lamar. Kebanyakan memang suamiku yang bekerja karena perutku yang membuncit, ia hanya membolehkanku mengangkat barang-barang ringan. Selain itu aku hanya boleh memilah-milah barang yang masih dipakai atau harus dibuang. Sekali dua kali aku juga menyapu dan mengepel. Selebihnya my lovely husband yang mengerjakan.
Ternyata memang benar. Setelah selesai, kamar kami terasa lega. Kami tak menyangka jika ada cukup ruang yang tersisa. Di sana bisa dibentangkan sehelai karpet kecil. Tapi itu nanti sajalah. Kami masih harus membeli perabot yang lain untuk calon buah hati kami. Eh, tapi nanti jadi sempit dong? Haha..tak apalah..kalau masih dalam posisi perabot yang lama malah tak ada ruangnya.
Jadinya tadi malam kami tidur dalam kamar yang "baru". Luar biasa menyenangkan. Mudah-mudahan tak lagi sering badan ini kerokan...:)
Minggu, 29 November 2009
Minggu, 15 November 2009
Rahasia Illahi
Kalau ditanya "Udah USG belum?" Pasti kujawab "Sudah". Tapi kalau ditanya "Hasil USG cewe atau cowo?" Kujawab hanya dengan dan senyum. Paling-paling kuberkata "Tunggu tanggal lahirnya saja".
Mencoba diplomatis. Tapi sebenarnya lebih ke arah tidak tahu. Bukannya aku tak percaya teknologi. Aku percaya jika teknologi membantu setiap kegiatan manusia, termasuk mengetahui jenis kelamin sejak masih dalam kandungan. Hanya saja keputusan akhir ada dalam kuasa Yang Maha Esa.
Sudah kudengar berbagai pengalaman yang berkenaan dengan USG dan hasil akhir saat melahirkan. Ada seorang ibu yang dinyatakan mengandung satu janin anak perempuan melalui pemeriksaan USG. Bahkan dengan kabar tersebut, mertua dari ibu tersebut enggan menjenguknya. Maklum sudah tiga anak yang dilahirkannya semua perempuan sementara berdasarkan adat, anak laki-laki adalah penerus keluarga. Maka walaupun lebih dari 10 tahun menikah, anak-anak si ibu belum pernah bertemu nenek dari ayahnya. Nah, atas izin Allah, ibu tersebut malah melahirkan dua anak, seorang bayi perempuan dan lainnya laki-laki.
Ada pula yang ketika USG dinyatakan laki-laki namun begitu lahir berupa anak perempuan. Begitu pun sebaliknya. Ada yang diUSG berjanin satu ternyata lahir dua bayi atau sebaliknya, dinyatakan lewat USG berjanin kembar ternyata saat melahirkan satu bayi saja.
Maka meskipun saat USG terakhir kemarin dokter menyebutkan satu jenis kelamin, aku sih tersenyum saja. Bahkan ketika terapisku menyatakan hal sebaliknya, aku tambah tersenyum. Silakan mereka mengungkapkan fakta yang mereka ketahui berdasarkan keilmuan mereka masing-masing. Kuhargai itu.
Bahkan aku juga menghargai orang-orang yang berkomentar atas perubahan bentuk tubuh dan jerawat di badanku. Ada yang menyebutkan anakku pasti perempuan karena jerawat di wajahku melimpah bahkan menjalar samai ke dada dan punggung. Namun ada juga yang menyebutkan bayiku pasti laki-laki. Pasalnya bentuk perutku monyong ke depan sehingga jika dilihat dari belakang, aku masih memiliki lekuk tubuh, masih berpinggang. Katanya kalau bentuk perutku memanjang sehingga bagian belakangku lurus saja, tanpa pinggang, bayi yang dikandung berjenis kelamin perempuan.
Entahlah... Aku belum pernah hamil. Ini adalah kehamilan pertamaku. Jadi belum masanya aku berkomentar apa pun soal itu. Biarlah seua mengemukakan pendapatnya. toh bayiku masih nyaman di alamnya. Biarkan ia tumbuh dan berkembang dengan aman, nyaman, senang, bahagia. Jangan dulu muncul sebelum waktnya kau lahir ya, Nak... Nikmatilah masa indahmu di sana...
Mencoba diplomatis. Tapi sebenarnya lebih ke arah tidak tahu. Bukannya aku tak percaya teknologi. Aku percaya jika teknologi membantu setiap kegiatan manusia, termasuk mengetahui jenis kelamin sejak masih dalam kandungan. Hanya saja keputusan akhir ada dalam kuasa Yang Maha Esa.
Sudah kudengar berbagai pengalaman yang berkenaan dengan USG dan hasil akhir saat melahirkan. Ada seorang ibu yang dinyatakan mengandung satu janin anak perempuan melalui pemeriksaan USG. Bahkan dengan kabar tersebut, mertua dari ibu tersebut enggan menjenguknya. Maklum sudah tiga anak yang dilahirkannya semua perempuan sementara berdasarkan adat, anak laki-laki adalah penerus keluarga. Maka walaupun lebih dari 10 tahun menikah, anak-anak si ibu belum pernah bertemu nenek dari ayahnya. Nah, atas izin Allah, ibu tersebut malah melahirkan dua anak, seorang bayi perempuan dan lainnya laki-laki.
Ada pula yang ketika USG dinyatakan laki-laki namun begitu lahir berupa anak perempuan. Begitu pun sebaliknya. Ada yang diUSG berjanin satu ternyata lahir dua bayi atau sebaliknya, dinyatakan lewat USG berjanin kembar ternyata saat melahirkan satu bayi saja.
Maka meskipun saat USG terakhir kemarin dokter menyebutkan satu jenis kelamin, aku sih tersenyum saja. Bahkan ketika terapisku menyatakan hal sebaliknya, aku tambah tersenyum. Silakan mereka mengungkapkan fakta yang mereka ketahui berdasarkan keilmuan mereka masing-masing. Kuhargai itu.
Bahkan aku juga menghargai orang-orang yang berkomentar atas perubahan bentuk tubuh dan jerawat di badanku. Ada yang menyebutkan anakku pasti perempuan karena jerawat di wajahku melimpah bahkan menjalar samai ke dada dan punggung. Namun ada juga yang menyebutkan bayiku pasti laki-laki. Pasalnya bentuk perutku monyong ke depan sehingga jika dilihat dari belakang, aku masih memiliki lekuk tubuh, masih berpinggang. Katanya kalau bentuk perutku memanjang sehingga bagian belakangku lurus saja, tanpa pinggang, bayi yang dikandung berjenis kelamin perempuan.
Entahlah... Aku belum pernah hamil. Ini adalah kehamilan pertamaku. Jadi belum masanya aku berkomentar apa pun soal itu. Biarlah seua mengemukakan pendapatnya. toh bayiku masih nyaman di alamnya. Biarkan ia tumbuh dan berkembang dengan aman, nyaman, senang, bahagia. Jangan dulu muncul sebelum waktnya kau lahir ya, Nak... Nikmatilah masa indahmu di sana...