AlhamdulillaaHirabbil'aalamiin... Setelah 45 hari akhirnya bapak sudah berada di rumah lagi. Terima kasih doanya kawan-kawan semua...
Jadi, begini ceritanya...
Tanggal 4 Juni 2013 bapak kami bawa ke RS Kebon Jati Bandung setelah sebelumnya nyaris 24 jam kejang-kejang karena tumor di otaknya. Dalam kondisi kejang, bapak kami angkut dengan ambulance. Setelah dari IGD, bapak dimasukkan ke ruang ICU.
Alhamdulillaah kejang bapak berkurang drastis. Bapak bisa segera sadar. Bapak masih dapat mengingat kami dengan baik. Kondisi kesehatan bapak secara keseluruhan terus dipantau. Diketahui bapak ternyata juga mengidap diabetes dan kondisi paru-parunya terganggu. Lainnya, sehat.
Dokter Benny AW SpBS menyatakan bapak harus segera dioperasi. Tumor di otaknya sudah membesar. Kami diminta berunding untuk menyiapkan diri, terutama mental. Dia menegaskan bapak akan menghadapi operasi dengan risiko besar. Kami sekeluarga harus ikhlash.
Selama menunggu kondisi bapak stabil, kesiapan kami pun menjadi tarik-ulur. Satu sisi ingin mengangkatnya tapi lain sisi tak ingin menghadapi operasi besar. Di sinilah kami perlu saling menguatkan. Kami pasrahkan pada Yang Maha Kuasa. Apapun putusanNYA, kami berupaya menerimanya sebagai yang terbaik.
Sejak bapak dinyatakan mengidap tumor di otaknya (dulu masih berupa flek yang terpisah di tiga titik), kami memang menghendaki operasi. Namun karena bapak sendiri yang mundur, kami tak kuasa memaksa. Kini setelah kurang lebih 11 tahun pasca diagnosa, ketiga titik sudah menyatu. Dokter menyatakan sudah seukuran mangga kecil. Mau tak mau harus diangkat. Berulang kali kami diminta siap dengan kondisi terburuk.
Kami juga mendapat beragam imbauan dari berbagai pihak agar mengupayakan pengobatan lain sebelum operasi. Tanpa diminta, banyak informasi pengobatan alternatif berdatangan. Kami diam saja dan tersenyum menolak. Duhai kawan dan kerabat yang berbaik hati, maafkan kami. Bukan kami tak menerima niat baik kalian. Cara-cara yang kalian tawarkan sudah pernah kami upayakan jauh sebelum bapak didiagnosa mengidap flek di otaknya. Lebih dari 20 tahun lalu (saat saya masih berseragam putih-merah) bapak mulai menunjukkan gejala gangguan kesehatan otak. Lantaran enggan dibawa ke dokter, kami pun menjalani bermacam pengobatan alternatif. Bahkan saat bapak sudah diketahui ada flek di otaknya dan dokter menyuruh operasi, kami masih berupaya dengan cara-cara itu lantaran bapak menolak operasi. Berharap ada yang bisa menyembuhkannya. Namun tidak. Ya, barangkali memang bukan jalan bapak mendapatkan kesembuhan via pengobatan alternatif.
Sejak 11 tahun lalu dr Benny AW SpBS sudah menyatakan kemungkinan seperti apa yang akan terjadi pada bapak bila tidak dioperasi. Jadi, kami tak begitu kaget ketika bapak suka kejang-kejang. Dia juga menyatakan tumor ini seiring waktu akan membesar.
Ada pula saran untuk mengganti operasi dengan meminum obat ini itu yang intinya menjaga agar bapak tak sering kejang. Memberitahukan bila kondisi bapak seperti memakan buah simalakama. Bila dioperasi, kemungkinan terburuk adalah kematian. Dan jika selamat, kemungkinannya adalah koma. Bila tidak dioperasi pun lama-lama bapak akan koma karena kejang-kejang tak bisa dihindarkan. Kondisi yang sama-sama tak menyenangkan. Dan bismillaah, kami sepakat bapak dioperasi. Ini adalah upaya kami untuk kebaikan bapak, kesembuhan bapak.
Kemudian dokter merujuk bapak untuk mendapat tindakan operasi di RSHS karena perlengkapan pasca operasi risiko tinggi di RS Kebon Jati tak memadai. Pindahlah bapak ke RSHS pada 17 Juni 2013. Setelah sehari di RGB, bapak ditempatkan di ruang rawat inap Bougenville.
Kami maklumi jika RSHS adalah rumah sakit pendidikan. Maka tak heran begitu banyak dokter residen yang menyambangi kami. Selain itu beragam dokter spesialis juga memeriksa bapak. Di sini pun bapak masih dalam observasi. Kondisi bapak naik turun bahkan pernah satu kali kejang lagi. Sampai kemudian bapak dinyatakan dalam kondisi stabil.
Pada Selasa (9 Juli 2013) pagi bertepatan dengan 30 Sya'ban 1434 bapak pun masuk ruang operasi. Nyaris 12 jam tim medis dengan ketuanya dr. Roland Sidabutar SpBS mengangkat tumor padat seberat sekitar 7 ons dari otak bapak. Lalu bapak mendapat perawatan di ruang ICU.
Inilah masa-masa kami dalam penantian panjang. Dokter sudah memberitahukan kemungkinan yang bisa terjadi. Jika melewati masa operasi, kondisi bapak bisa jadi menurun. Penglihatan, penciuman, pendengaran, serta memori bapak kemungkinan terganggu karena tumor terletak di bagian depan kanan otak. Diprediksi bapak akan siuman dalam kurun 2-3 hari dengan masa kritis satu pekan.
Namun Allah berkehendak lain. Dua hari kemudian bapak sadar. Kondisi fisiknya membaik walau emosinya tak terkendali. Alhamdulillaah hal itu tak berlangsung lama. Hari berikutnya bapak tak lagi emosional. Dan yang membuat kami haru, bapak masih ingat kami semua. Bukan hanya kami keluarga inti. Kerabat dan tetangga yang berkunjung pun sebagian besar masih diingat bapak. Penglihatan dan pendengaran bapak pun relatif baik. Hanya indera penciumannya saja yang memang sedari sebelum operasi sudah minim dayanya. Karena kondisinya yang membaik, bapak pun dipindahkan kembali ke ruang rawat inap.
Dokter residen maupun spesialis kembali menyambangi. Bapak diminta mengikuti perintah yang diajukan. Mengangkat tangan, mengarahkan mata, mengangkat kepala, menggeser badan, semua dapat bapak lakukan. Hanya saja kaki kiri bapak belum bisa digerakkan sendiri. Hal ini karena semasa bapak sering kejang, kaki kiri selalu menekuk. Tugas kami menggerak-gerakkannya sebagai stimulasi. Begitupun anggota tubuh yang lain agar optimal.
Maka pada Jumat (19 Juli 2013) bapak pun kembali ke rumah. Saat ini bapak dalam kondisi baik. AlhamdulillaaHirrabbil'aalamiin.. Tak terlukis bagaimana gembiranya kami bisa bersama-sama kembali di rumah. Puji syukur padaMU ya Allah..
Oh ya kami sempat diperlihatkan beberapa gambar saat pengambilan tumor. Namun kami tak diperkenankan mengcopy maupun melihat secara fisik seperti apa tumor yang berdampingan dengan bapak selama bertahun-tahun. Tak apalah. Itu kode etik kedokteran barangkali. Semoga bermanfaat untuk penelitian.
Terima kasih kepada kerabat dan kawan semua atas doa dan perhatiannya. Terima kasih juga untuk tim medis yang merawat dan mendampingi dalam proses pengobatan bapak selama di rumah sakit. Maaf, saya tak hafal namanya satu per satu. Yang pasti Allah tahu dan insya Allah dicatatkan sebagai amal soleh kalian. Aamiin..
Tugas kami masih panjang. Mohon doa agar kami terus memiliki kesabaran dan keikhlashan.
Welcome home, Mr. Nice Guy!