Apa yang terjadi dengan dunia kebudayaan Indonesia adalah salah satu bukti jika orang ketika diinjak kakinya diam saja, lalu saat perutnya diinjak dia masih diam saja, maka orang yang menginjaknya lama-lama akan menginjak kepala. Itulah yang dialami Indonesia ketika Malaysia mengklaim banyak produk budaya Indonesia sebagai haknya.
Coba waktu Kain Batik, Aangklung, lalu Lagu Rasa Sayange diklaim oleh Malaysia, apakah ketika itu rasa marahnya Mentri Kebudayaan dan Pariwisata kita, Bapak Jero Wacik, seperti kebakaran jenggot? Saya rasa tidak. Malah cenderung, "yo wis lah sudah terjadi ini".
Nah sekarang ketika Tari Pendet diklaim juga oleh Malaysia,kenapa Pak Jero Wacik baru "ngeuh" kalau "jenggot kebudayaan Indonesia" dibakar habis-habisan? Apakah karena Tari Pendet adalah tari kuno asal Bali? Apa bedanya dengan kain batik yang entah sejak abad berapa sudah menjadi bagian dari budaya Indonesia. Apa bedanya dengan angklung yang menjadi alat musik kebanggaan orang Jawa Barat. Apa bedanya dengan lagu Rasa Sayange yang sudah kita dengar sejak kecil dan rasanya Indonesia banget..
Nah, sekarang kenapa baru melayangkan surat protes kepada pemerintah Malaysia? Ke mana saja selama ini? Apakah jika saat ini yang diklaim malaysia adalah Tari Yapong, bukan Tari Pendet maka surat protes itu tidak akan dibuat? Apa tidak merasa kaki, perut, tangan, dadanya sudah diinjak? Apa harus sampai diinjak di kepala baru menyadari jika seluruh badannya sudah diinjak?
Jadi?
Senin, 24 Agustus 2009
Sabtu, 22 Agustus 2009
Puasa Pertama
Ini adalah Ramadhan pertama bagiku dalam kondisi yang berbeda. Saat Ramadhan kali ini, aku dalam keadaan hamil. Insyaallah tiga bulan usia kandunganku.
Alhamdulillah aku sudah melewati hari pertama puasa dengan baik. Semoga bisa sampai akhir bulan nanti. Jadinya aku bisa puasa penuh. Belum pernah nih semenjak dapat haid 17 tahun yang lalu :D
Boleh dibilang isi puasaku hari ini adalah tidur. Aku belum tidur sejak semalam. Sempat aku hendak menuju alam mimpi tapi dikejutkan oleh suara petasan yang tepat dibunyikan di depan pagar rumah. Sontak aku terbangun dan tidak bisa tidur. Akhirnya aku memotong tempe untuk digoreng. Barulah setelah shalat subuh aku tidur.
Tapi dasar sedang berbadan dua (atau tiga ya? :D), saat sedang tidur selalu ingin mengosongkan kandung kemih. Ada sekitar tiga atau empat kali aku ke kamar mandi sampai akhirnya aku bangun pukul 10 pagi.
Setelah menyetrika dan mandi, rasa kantuk tak jua hilang. Akupun tidur lagi. Padahal rencananya aku hendak memeriksakan kandungan ke bidan. Tapi melihat jam di dinding sudah mepet waktu pendaftaran, akhirnya aku memutuskan untuk mendatangi bidan Senin nanti.
Aku bangun pukul 13.30 lantaran lagi-lagi ingin membuang air seni. Lalu setelah shalat dzuhur, aku tidur lagi sampai pukul 16.00. Ya sebenarnya tidak lelap juga karena panas. Tapi memang semenjak hamil, aku jarang tidur pulas. Ada saja yang membuatku terbangun.
Dipikir-pikir, aku seharian tidur. Waduh... Memang sih, tidurnya orang yang berpuasa ibadah tapi perasaan jadi malu sendiri. :D
Kalau mendengar cerita kawan yang pernah bermukim di jazirah Arab, Ramadhan adalah bulan berbalik 180 derajat. Artinya, kehidupan diputar dari siang menjadi malam. Saat Ramadhan, perkantoran dan pasar tutup di siang hari dan buka di malam hari. Jadi mereka tetap beraktivitas hanya waktunya saja yang diubah. Sepanjang siang adalah masanya mereka beristirahat dan beribadah. Ya kira-kira sama lah dengan saat magrib sampai menjelang subuh kalau di kita. Orang banyak yang sudah berkumpul di rumah dengan keluarga setelah seharian beraktivitas. Di tengah lelapnya tidur, terkadang (mungkin ada juga yang menjadikannya rutinitas) terbangun dan mengerjakan shalat tahajjud.
Jadi, Ramadhan bukan alasan bermalas-malasan dan mengurangi jam kerja. Semua sama. Hanya waktunya yang diubah. Istilahnya mungkin seperti variasi hidup. Jadinya hidup tidak monoton. Ada masa berbeda yang diberi berkah lebih sama Yang Maha Kuasa.
Nah kalau tidur di siang hari seperti yang kulakukan, masuk kategori ini tidak ya? Hehe...
Semoga aku bisa menjalani puasa dalam keadaan hamil kali ini dengan baik. Berkah Ramadhan yang tak hadir setiap hari ingin aku raih untuk bisa jadi bekalku kelak. Terapisku juga menganjurkan untuk puasa. Tapi ia tidak menganjurkan untuk puasa sunah. Barangkali suasana Ramadhan yang di saat itu semua orang juga berpuasa akan menguatkan ibu-ibu hamil (dan menyusui) untuk ikut berpuasa. Tentu saja dapat berkah juga. Aamiin...
Alhamdulillah aku sudah melewati hari pertama puasa dengan baik. Semoga bisa sampai akhir bulan nanti. Jadinya aku bisa puasa penuh. Belum pernah nih semenjak dapat haid 17 tahun yang lalu :D
Boleh dibilang isi puasaku hari ini adalah tidur. Aku belum tidur sejak semalam. Sempat aku hendak menuju alam mimpi tapi dikejutkan oleh suara petasan yang tepat dibunyikan di depan pagar rumah. Sontak aku terbangun dan tidak bisa tidur. Akhirnya aku memotong tempe untuk digoreng. Barulah setelah shalat subuh aku tidur.
Tapi dasar sedang berbadan dua (atau tiga ya? :D), saat sedang tidur selalu ingin mengosongkan kandung kemih. Ada sekitar tiga atau empat kali aku ke kamar mandi sampai akhirnya aku bangun pukul 10 pagi.
Setelah menyetrika dan mandi, rasa kantuk tak jua hilang. Akupun tidur lagi. Padahal rencananya aku hendak memeriksakan kandungan ke bidan. Tapi melihat jam di dinding sudah mepet waktu pendaftaran, akhirnya aku memutuskan untuk mendatangi bidan Senin nanti.
Aku bangun pukul 13.30 lantaran lagi-lagi ingin membuang air seni. Lalu setelah shalat dzuhur, aku tidur lagi sampai pukul 16.00. Ya sebenarnya tidak lelap juga karena panas. Tapi memang semenjak hamil, aku jarang tidur pulas. Ada saja yang membuatku terbangun.
Dipikir-pikir, aku seharian tidur. Waduh... Memang sih, tidurnya orang yang berpuasa ibadah tapi perasaan jadi malu sendiri. :D
Kalau mendengar cerita kawan yang pernah bermukim di jazirah Arab, Ramadhan adalah bulan berbalik 180 derajat. Artinya, kehidupan diputar dari siang menjadi malam. Saat Ramadhan, perkantoran dan pasar tutup di siang hari dan buka di malam hari. Jadi mereka tetap beraktivitas hanya waktunya saja yang diubah. Sepanjang siang adalah masanya mereka beristirahat dan beribadah. Ya kira-kira sama lah dengan saat magrib sampai menjelang subuh kalau di kita. Orang banyak yang sudah berkumpul di rumah dengan keluarga setelah seharian beraktivitas. Di tengah lelapnya tidur, terkadang (mungkin ada juga yang menjadikannya rutinitas) terbangun dan mengerjakan shalat tahajjud.
Jadi, Ramadhan bukan alasan bermalas-malasan dan mengurangi jam kerja. Semua sama. Hanya waktunya yang diubah. Istilahnya mungkin seperti variasi hidup. Jadinya hidup tidak monoton. Ada masa berbeda yang diberi berkah lebih sama Yang Maha Kuasa.
Nah kalau tidur di siang hari seperti yang kulakukan, masuk kategori ini tidak ya? Hehe...
Semoga aku bisa menjalani puasa dalam keadaan hamil kali ini dengan baik. Berkah Ramadhan yang tak hadir setiap hari ingin aku raih untuk bisa jadi bekalku kelak. Terapisku juga menganjurkan untuk puasa. Tapi ia tidak menganjurkan untuk puasa sunah. Barangkali suasana Ramadhan yang di saat itu semua orang juga berpuasa akan menguatkan ibu-ibu hamil (dan menyusui) untuk ikut berpuasa. Tentu saja dapat berkah juga. Aamiin...
Minggu, 09 Agustus 2009
Kue Marie
Tahu kue marie kan? Itu adalah kue ciri khas anak-anak yang baru belajar mengunyah. Kalau sekarang sih pasti sudah banyak ragam merek dan jenis. Tapi kalau di jaman saya kecil dulu, kue marie yang paling ngetop adalah Marie Regal (maaf tidak bermaksud promosi).
Ciri khas kue ini adalah bentuknya yang bundar sempurna. Rasanya (kalau dulu sih) sangat berasa susu. Sekarang kuakui rasanya sudah tak seperti dulu. Walaupun, jujur saja, sekarang aku masih mengonsumsinya. Saat hamil seperti sekarang ini, rasa lapar sering mendera. Biskuit adalah pengganjal perut yang setia. Memang jenis biskuit yang ada di dalam lemariku macam-macam tapi Marie Regal sering kali bertengger di antaranya.
Kuibaratkan kami berdua, aku dan suami, sebagai kue marie. Ide itu terlontar begitu saja saat kami berdua berfoto bersama di satu acara. Ketika itu suamiku memegang kamer dan menjepret kami berdua begitu saja. Sudah tentu yang sangat nyata adalah wajah kami berdua dalam jarak yang sangat dekat. Keduanya bulat. Spontan saja aku berkata, "Kayak kue marie". Setelah itu, setiap kali kami mengambil foto berdua, memang yang nyata adalah kebulatan dua wajah kami yang seperti kue marie.
Kalau misalnya aku perhatikan, kami berdua memang ada kemiripan. Di wajah kami, tepatnya di hidung kami, terdapat tahi lalat yang cukup mencolok. Letaknya nyaris tepat sama. Kemiripan ini sudah tentu ada sejak kami lahir.
Memang kata orang, kalau sudah menikah akan jadi miripsatu sama lain. Ini dikarenakan sudah ada pencampuran di antara keduanya. Itu juga yang kurasakan. Pernah satu kali seorang kawan terkejut saat mengetahui aku ini keturunan suku Jawa dan Sunda. Dia spontan berkata, "Saya pikir dari Sumatera. Wajahnya kayak orang Sumatera,". Padahal yang punya darah dari Pulau Andalas adalah suamiku. Tapi kalau soal tahi lalat di hidung, itu sudah dari sononya lo, bukan karena ingin jadi mirip lantas salah satu dari kami menjalani operasi tahi lalat.
Untuk urusan lain pun aku rasa kami berjodoh. Sewaktu belum menikah, kami pernah ngobrol-ngobrol. Ternyata kami sama-sama tidak doyan AC dan bukan penggemar daging kambing. Kami sempat tertawa mengetahui kesamaan tersebut. Maka sewaktu keluarga kami mengetahuinya, semua serempak berkata "Wah jodoh nih..." Aamiin..
Kembali ke kue marie. Sekarang ini kami berdua sudah dalam masa subur. Artinya, kami berdua sudah lebih gemuk dari sebelum kami menikah. Maka kue marie ala kami berdua memang jadi lebih lebar. Setiap kali mengaca berdua, jadi ingin tertawa. Sangat bundar....
Minggu, 02 Agustus 2009
Membaca Foto USG
Pekan lalu aku membawa hasil foto USG keduaku ke Pak Sobri. Hasil USG pertama tidak sempat aku meminta kepada dokter. Pa Sobri memperhatikan dengan seksama dan menunjukkan sesuatu yang sangat berbeda dengan yang dokter tunjukkan padaku sebelumnya..
Pak Sobri mengatakan bahwa foto USG menunjukkan dua gumpalan embrio. Artinya, di dalam rahimku terdapat dua calon bayi. Ia mengatakan, usia kandunganku 9 minggu jika dilihat dari foto USG. Ukuran embrio yang satu lebih besar dari yang lain.
Sedangkan saat pengambilan gambar, aku lumayan cerewet bertanya pada dokter. Makanya dia menunjukkan padaku apa-apa yang ada dalam rahimku. Dia bilang, aku hamil 13 minggu dengan satu janin. Dia tunjukkan mana yang bagian kepala dan mana yang masuk kategori badan. Aku bertanya, "Nggak dua dok?" Dokter menjawab, "Saya lihat ada satu. Memang kenapa, Bu?" Aku jawab lagi, "Habis kata orang-orang aku gendut banget" Dan dokter menjawab, "Itu berarti ibu yang gendut, bukan bayinya".
Jujur, aku bingung. Dua orang yang memiliki pengalaman membaca hasil USG menyebutkan hasil yang berbeda. Aku yang baru pertama kali merasakan kehamilan otomatis harus mencari opini kedua. Kutunjukkanlah foto USG itu kepada orang-orang di rumah. Nyaris semua orang setuju dengan Pak Sobri. Mereka bilang, "Mana mungkin bayi dalam kandungan posisinya melintang? Di mana-mana bayi tuh posisinya berdiri. Nanti mendekati bulannya lahir, dia muter jadinya kepala di di bawah".
Merasa belum puas, aku pun mengolahragakan jari-jari tanganku di atas keyboard komputer. Kucari foto-foto USG di situs www.i-am-pregnant.com. Di situs ini lumayan lengkap penyajian informasi seputar kehamilan minggu ke minggu berikut foto USG-nya. Kucari foto USG kehamilan kembar dua. Kusamakan dengan foto milikku. Hasilnya tidak jauh berbeda.
Ya, bukannya mau mencari siapa yang benar atau siapa yang salah. Toh semuanya belum terbukti kan? Anakku masih ada dalam kandunganku. Alhamdulillah masih senang di dalamnya. Hehe.. Kita lihat saja nanti sambil tetep doain kami ya..
Pak Sobri mengatakan bahwa foto USG menunjukkan dua gumpalan embrio. Artinya, di dalam rahimku terdapat dua calon bayi. Ia mengatakan, usia kandunganku 9 minggu jika dilihat dari foto USG. Ukuran embrio yang satu lebih besar dari yang lain.
Sedangkan saat pengambilan gambar, aku lumayan cerewet bertanya pada dokter. Makanya dia menunjukkan padaku apa-apa yang ada dalam rahimku. Dia bilang, aku hamil 13 minggu dengan satu janin. Dia tunjukkan mana yang bagian kepala dan mana yang masuk kategori badan. Aku bertanya, "Nggak dua dok?" Dokter menjawab, "Saya lihat ada satu. Memang kenapa, Bu?" Aku jawab lagi, "Habis kata orang-orang aku gendut banget" Dan dokter menjawab, "Itu berarti ibu yang gendut, bukan bayinya".
Jujur, aku bingung. Dua orang yang memiliki pengalaman membaca hasil USG menyebutkan hasil yang berbeda. Aku yang baru pertama kali merasakan kehamilan otomatis harus mencari opini kedua. Kutunjukkanlah foto USG itu kepada orang-orang di rumah. Nyaris semua orang setuju dengan Pak Sobri. Mereka bilang, "Mana mungkin bayi dalam kandungan posisinya melintang? Di mana-mana bayi tuh posisinya berdiri. Nanti mendekati bulannya lahir, dia muter jadinya kepala di di bawah".
Merasa belum puas, aku pun mengolahragakan jari-jari tanganku di atas keyboard komputer. Kucari foto-foto USG di situs www.i-am-pregnant.com. Di situs ini lumayan lengkap penyajian informasi seputar kehamilan minggu ke minggu berikut foto USG-nya. Kucari foto USG kehamilan kembar dua. Kusamakan dengan foto milikku. Hasilnya tidak jauh berbeda.
Ya, bukannya mau mencari siapa yang benar atau siapa yang salah. Toh semuanya belum terbukti kan? Anakku masih ada dalam kandunganku. Alhamdulillah masih senang di dalamnya. Hehe.. Kita lihat saja nanti sambil tetep doain kami ya..