Selasa, 28 Juli 2009

USG Ke-2

Sabtu kemarin aku melakukan USG kedua kalinya. Ini dikarenakan ibu bidan tidak juga menemukan denyut jantung bayi melalui alat dengar yang biasa digunakan bidan. Padahal saat menekan-nekan perutku, ia menemukan tonjolan yang kemungkinan berisi janin.

Saat melakukan USG, subhanallah... Aku ingin menangis sekaligus gemas. Janinku sudah berbentuk bayi. Ukurannya mini, 6,3 cm. Tapi bentuknya sudah jelas-jelas manusia. Denyut jantungnya baik. Bahkan ia bergerak cukup aktif. Usianya sekitar 13 minggu.

Sampai saat ini, USG masih menyatakan janin dalam rahimku tunggal alias satu saja. Namun Pak Sobri masih mendeteksi adanya dua janin. Mana yang benar, kita tunggu saja sampai waktunya tiba. Satu atau dua sama-sama anugerah untukku dan suami.

Dari hasil USG diperkirakan bayiku akan lahir pada 1 Februari 2010. Sementara berdasarkan hasil pemeriksaan awal, bayi kami akan lahir pada 30 Januari 2010. Sedangkan suamiku bersikukuh lahir pada 29 Januari 2010, sama dengan tanggal lahirnya. "Biar irit numpengnya" begitu candanya.

Kapanpun itu, aku hanya memohon bayiku atau bayi-bayiku tumbuh dengan baik, menjadi anak yang menyenangkan, tidak merepotkan siapapun, pokoknya segala yang terbaik pasti kuharapkan, kuduakan..

Sekarang, tinggal bagaimana ayah dan ibunya ini mempersiapkan diri jadi orang tua, lahir batin. Terutama menghilangkan atau minimal mengurangi ego. Hm...tak semudah berbicara memang...

Minggu, 26 Juli 2009

Pengobatan Alternatif

Mendengar "pengobatan alternatif" tak jarang membuat sebagian orang alergi. Saya juga dulu begitu. Malas saja. Hampir semua pengobatan alternatif tidak menarik perhatian saya. Selalu tidak masuk akal bagi saya.

Tapi sekarang tidak lagi. Semua berawal dari keinginan saya dan suami untuk memiliki keturunan. Suamiku yang memang pernah menjadi korban mal praktek dokter di masa kecil, jadi trauma kalau berhubungan dengan dokter. Karena itulah kami memutuskan untuk berobat dengan cara yang lain, alternatif lah istilahnya.

Salah satu teman suamiku memberikan rekomendasi berobat ke seorang herbalis atau terapis, apalah namanya. Ia lebih dikenal dengan nama Pak Sobri. Rupanya ia sudah tersohor meski tak pernah beriklan di mana pun, memasang papan nama pengobatan di depan rumah, atau mejeng di televisi mempromosikan diri. Bahkan ia tidak pernah menentukan tarif pengobatan.

Pertama kali datang ke sana, aku khawatir jangan-jangan pengobatan yang dilakukan masuk dalam kategori "tidak masuk akal". Rupanya lain sama sekali. Kami berdua masuk ke dalam ruang tamu dan langsung diperiksa melalui kaki dan tangan. Untuk perempuan yang ingin hamil juga diperiksa perutnya.

Alhamdulillah ternyata masalah kami tidaklah besar. Saya juga sempat heran mengapa hanya dipegang saja bisa ketahuan? Tapi lama-kelamaan saya bisa paham. Itulah anugerah Tuhan untuk seseorang agar ia bisa menolong orang lain di sekitarnya dan semua akan terasah jika memang rajin dipraktekkan. Toh ia juga ternyata mempelajari ilmu kesehatan modern dan tradisional. Jadinya, dia bisa membuat obat sendiri yang berasal dari tumbuh-tumbuhan.

Umumnya masalah yang timbul karena ketidakseimbangan hidup lantaran pola makan dan pola hidup yang tidak sehat. Jadinya pengobatan yang dilakukan pun meminta kami kembali mereset tubuh dengan cara menjauhkan diri dari makanan yang bisa merusak sistem tubuh.

Alhamdulillah setelah tiga bulan berobat, saya dinyatakan positif hamil. Meski begitu, kami tetap harus rajin datang sepekan sekali untuk mengontrol perkembangan janin.

Saya senang ada orang yang dikasih kelebihan sama Yang Maha Kuasa dan dia tidak menyia-nyiakannya. Ia membantu orang lain yang membutuhkan. Bukan hanya soal kehamilan tapi juga penyakit yang lain. Hanya memang yang banyak datang ke sana rata-rata mereka yang ingin memiliki keturunan.

Untuk Anda yang memang membutuhkan, Anda bisa datang ke rumahnya di sekitar Jalan Dewi Sartika, Jakarta Timur. Tepatnya di pertigaan Jalan Dewi Sartika-Jalan Kalibata. Kalau dari arah Cawang menuju Cililitan, dia ada di sebelah kiri, masuk gang yang ada di sebelah Rumah Makan Padang Beringin. Gang ini hanya cukup dimasuki satu motor. Jadi untuk Anda yang membawa mobil, bisa parkir di tempat lain. Mungkin di PGC. Dari gang tersebut sekitar 200 meter ke dalam, Anda bisa menemuka rumah Pak Sobri. Jangan kaget sekiranya sampai di sana orang sudah banyak antre. Jadwal pengobatan setiap hari Rabu, Kamis, dan Sabtu mulai pagi hari.

Rabu, 22 Juli 2009

Smile

Setelah Michael Jackson meninggal dunia, lagu ini sering sekali berkumandang. Liriknya bagus.. Yuk kita senyum..

Smile

Smile, though your heart is aching
Smile, even though it's breaking
When there are clouds in the sky
You'll get by...

If you smile With your fear and sorrow
Smile and maybe tomorrow
You'll find that life is still worthwhile if you'll just...
Light up your face with gladness
Hide every trace of sadness
Although a tear may be ever so near
That's the time you must keep on trying
Smile, what's the use of crying
You'll find that life is still worthwhile
If you'll just...
Smile, though your heart is aching
Smile, even though it's breaking
When there are clouds in the sky
You'll get by...

If you smile
Through your fear and sorrow
Smile and maybe tomorrow
You'll find that life is still worthwhile
If you'll just Smile...

That's the time you must keep on trying
Smile, what's the use of crying
You'll find that life is still worthwhile
If you'll just Smile

Kamis, 16 Juli 2009

Minggu Ke-9

Kemarin aku kontrol kandungan ke terapisku. Alhamdulillah antriannya tambah panjang saja. Cape juga rasanya menunggu.

Minggu uni masuk pekan ke-9. Alhamdulilllah perutku makin membuncit. Aku merasa di bagian kiri lebih membumbung dari bagian kanan. Terapisku bilang, janin di sebelah kiri pertumbuhannya memang lebih cepat dari yang kanan. Ia sudah memiliki detak jantung yang sagat jelas. Sementara saudaranya, janin di sebelah kanan belum sejelas itu. Tapi alhamdulillah kondisi keduanya baik.

Terapisku sudah menyebutkan jenis kelamin janin yang kiri. Tapi sengaja aku tak sebutkan di sini biar rahasia terjaga :) Kalau yang kanan, dia belum mau menyebutkan. Jadi nanti saja lah.. Hanya saja ia meminta aku memfokuskan ke bagian kanan saat USG kelak. Tujuannya agar janin terlihat jelas sehingga kondisinya dapat diketahui.

Takjub rasanya mengetahui perutku sedikit demi sedikit membuncit. Nafasku pun terasa berat. Sekarang ini aku mudah lelah dan senang sekali tidur. Bukan tidur karena bermalas-malasan tapi tidur karena sangat lelah.

Pernah satu hari aku bangun tidur jam 08.30 (kebiasaan tidur lagi setelah subuh karena baru tidur jan 02.00 atau jam 03.00). Setelah mandi dan bebenah kamar, aku ngantuk berat. Jam 11.00 tertidur. Sangat lelah. Suamiku saja sampai tidak tega membangunkan aku untuk mengambil dompet yang dititipkannya padaku saat di mandi.

Suamiku sering kali tertawa mendengar ceritaku soal tidur. Siang pasti tidur. Sehabis magrib juga tidur. Tidur terus. Malam sudah pasti lebih dulu aku yang tidur daripada suamiku. Tapi selalu dia berkata, "Nggak apa-apa, Neng. Memang begitu orang hamil. Apalagi ada dua. Istirahat aja".

Dia memang sangat khawatir dengan kehamilanku. Aku tidak diperkenankannya ke mana-mana. Paling banter seminggu sekali aku ke luar untuk kontrol ke terapis. Selain itu, sangat jarang. ku minta izin ke Tanah Abang untuk membeli pakaianpun ditolaknya. "Nanti aja kalau udah lebih dari empat bulan". Aku hanya boleh pergi sendiri ke apotek. Jaraknya sekitar lima menit naik angkutan umum dari rumah.

Naik turun tangga di rumah sering kena omel. Mencuci baju tak boleh banyak-banyak. Aku sudah stop banyak kegiatan di rumah. Istitrahat sja yang dimintanya. Aku maklum dan menurut saja. Ini adalah anugerah yang kami tunggu sejak dua tahun lalu, sejak kami menikah. Makanya kami memang harus menjaganya. Ditambah lagi kehamilanku ini pakai mabok-mabokan. Jadinya suami memang khawatir.

Sabar saja karena memang barangkali aku harus banyak istirahat. Jika benar ada dua janin dalam rahimku, aku butuh ekstra tenaga untuk mengurus mereka kelak, bukan? Kalaupun hanya satu, tetap saja tenagaku juga ekstra karena bayi katanya sering ngjakin begadang di malam hari. Hehe..

Bismillaah...

Lagi-lagi Soal Bahasa Indonesia


Semalam nonton dialog di TV. Dialog ringan saja, tentang mengenang masa lalu. Lima nara sumber yang pernah jaya di era 70-80an ketika masih belia membeberkan pengalaman mereka. Seru sekali.

Dialognya sendiri tidak ada masalah. Yang sedikit mengganggu justru menjelang akhir acara. Pembawa acara mengundang anak dari tiga bintang tamu yang hadir. Ketika ia bertanya, "Pernahkah kalian melihat aksi papa, mama, dan tante-tante di sini ketika mereka kecil?" Mereka menjawab, "Never!" Kemudian dialog berlangsung dalam bahasa Inggris.

Saya tidak anti dengan bahasa asing, apalagi bahasa Inggris. Bahasa asing penting. Tapi tidak sebegitu pentingnya sampai-sampai tidak mengindahkan bahasa bangsa sendiri. Anak-anak bintang tamu itu paling baru duduk di bangku SD tapi tidak berkomunikasi dalam bahasa Indonesia. Tampaknya mereka juga bukan keturunan bule.

Sedih saja rasanya di usia belia sudah dikikis secara perlahan ke-Indonesia-annya. Bahkan mereka tidak bisa menyanyikan lagi "Di sini senang, di sana senang" yang dinyanyikan bersama-sama pada akhir acara. Mereka hanya senyum-senyum saja. Padahal lagu itu sangat umum dinyanyikan di TK-TK di Indonesia.

Mungkin sekarang bahasa yang terkikis, nanti apa lagi? Bagaimana mereka akan menjadi pewaris bangsa ini jika sedari kecil saja rasa ke-Indonesiaannya sudah dikikis. Bisa-bisa ketika saatnya tiba mereka menjadi pewaris, tidak lagi merasa menjadi bangsa Indonesia. Akan ke mana bangsa ini?

Sedih rasanya. Anak-anak pesohor yang jusru mencontohkan ini. Sebelumnya saya juga menuliskan tentang hal senada dalam "Bisa Bahasa Indonesia, Sedikit".

Kamis, 09 Juli 2009

Minggu Ke-8

Tadi siang aku kontrol kehamilan ke terapisku. Antriannya masya Allah panjang banget. Aku sampai jam 11 siang baru masuk ruang praktek jam 14.30. Tidak seperti biasanya seperti itu. Maklum saja, Rabu kemarin Pilpres jadinya pasien Rabu menumpuk di hari Kamis.Pasien Kamis tetap datang sesuai jadwal. Jadinya numpuk.

Alhamdulillah janin di dalam rahimku kondisinya baik. Bahkan terapisku bilang, "Wah cepat juga nih pertumbuhannya. Detak jantungnya bagus". Alhamdulillah. Mudah-mudahan itu gejala yang baik. Dia masih menemukan dua detak dalam rahimku. Mudah-mudahan saja memang benar adanya dua janin. Tapi kalaupun hanya satu, tetap kami terima ko. Anak kan anugerah. Nggak bisa kita yang menentukan.

Gejala-gejala yang kurasakan masih sama. Mual, muntah, lesu. Satu lagi yang sering kejadian, tidur mellu. Aku ngantuk luar biasa. Tidur biasanya jam 02.00 (bandel ya?) lalu bangun shalat subuh. Tidur lagi sampai jam 08.00 atau 09.00. Nanti setelah shalat dzuhur pasti ngantuk lagi. Tapi suka aku tahan. Nanti sekitar jam 15.00 sudah tidak bisa ditahan lagi ya tidur. Lalu setelah shalat magrib, pasti ketidur meski hanya setengah jam.

Suamiku sih pengertian. Dia tidak mempermasalahkan keinginan tidurku yang luar biasa itu. Dia bahkan kemarin bilang, "Nggak apa-apa kalau ingin tidur, ikutin aja. Mungkin waktu tadi, anak kita lagi main jadinya sekarang dia capek. Jadinya ngantuk" Aku sih senyum-senyum saja. "Mungkin mereka main catur ya, A? Atau main tebak-tebakan?" Giliran suamiku tersenyum.

Barangkali saja apa yang dikatakan suamiku ada benarnya. Makhluk-makhluk ini ada di dalam rahim, tak kasat mata. Jadi wajar saja kalau kita tidak bisa melihat setiap apa yang dilakukannya di dalam sana.

Wah rasanya jadi tak sabar ingin melihat mereka. Seperti apa ya nanti? Seperti ibunya? Atau bapaknya? Hehe..
Duh Gusti, lindungi kami...

Minggu, 05 Juli 2009

Ingin Bisa Masak

Gimana ya caranya menimbulkan minat untuk memasak? Sejujurnya saya doyan makan. Tapi kalau disuruh masak, wah nggak deh. Padahal katanya kalau doyan makan biasanya bisa masak. Soalnya cita rasa masakan akan lebih pas di lidah.

Dari semenjak gadis, saya paling malas kalau di suruh ke dapur. Mendingan disuruh nyetrika deh. Biar panas-panas juga, sekalian olah raga. Hehe.. Tapi lucunya di antara kami bertiga kakak beradik (dan perempuan semua), sayalah yang diberi tanggung jawab memasak selama kurang lebih empat hari untuk keluarga. Waktu itu ibu ada penataran istri pegawai dari kantor bapak kalau tidak salah. Padahal adikku lebih senang berada di dapur ketimbang saya. Tapi ibu memberikan tanggung jawab itu kepada saya.

Jadilah saya menyusun menu untuk empat hari. Saya minta resep yang mudah-mudah saja sama ibu. Apa saja resepnya saya lupa. Yang saya ingat hanya satu, saya membuat krecek.

Selama empat hari itu sayalah yang memasak. Kalau tidak salah saya masih duduk di bangku SMP. Nah setelah ibu pulang, saya tinggalkan jauh-jauh yang namanya dapur. Hasilnya, saya tidak bisa memasak. Tak satu resep pun saya ingat. Padahal kalau menyaksikan ibu memasak sih sudah sangat sering. Hanya saja tidak saya hafalkan.

Sekarang saya sudah menikah dan tetap tidak bisa masak. Suami saya malah jauh lebih jago. Dan, soal rasa, dia bisa dibilang luar biasa. Tahu saja dia kurang ini sedikit itu sedikit. Padahal kalau saya yang coba memasak, asalkan terasa garam dan gula serta pedas tentu saja, cukup. Hehe...

Tak tahulah. Sudah seumur gini masih saja tidak gape masak. Bahkan minat pun tidak. Hm...gimana ya?

Rabu, 01 Juli 2009

USG Pertama

Dua hari lalu aku memeriksakan diri ke bidan. Mulanya detak jantung janin tidak terdeteksi. Maka akupun melakukan USG. Alhamdulillaah ditemukan satu detak jantung bayi. Aku pun melihatnya di layar komputer janin tersebut berdenyut-denyut. Kalau tidak salah ukurannya 1,9 mili. Subhanallah di ukuran sekecil itu rupanya ia sudah memiliki jantung, otak, paru-paru yang baik bahkan sedang proses pembentukan tulang. Usianya sekitar dua minggu.

Memang deteksinya berbeda dengan hasil diagnosa terapis. Ia menyebutkan usia kandunganku memasuki pekan ke enam dan ditemukan dua calon bayi, dari telur sebelah kanan dan kiri. Aku tak peduli siapa yang benar. Saat ini aku fokus pada kesehatan kami, calon ibu dan calon anak.

Aku masih mengalami gejala pusing dan lelah. Bahkan muntah-muntah pun masih lumayan sering terjadi. Mungkin benar apa yang disebutkan orang selama ini. Gejala-gejala seperti itu akan dirasakan selama trimester pertama, alias tiga bulan pertama masa kehamilan. Jadi ya siap-siap saja sekitar 30 hari lagi mengalami gejala ini. Hehe...

Kalau orang ada yang mengalami hamil kebo alias hamil yang tidak merasakan gejala apapun seperti aku, mungkkin ada enaknya ya. Tapi apa rasanya ya? Tiba-tiba perut gendut begitu? Aku sih mulanya mungkin lumayan kesal dengan gejala ini karena jadi malas luar biasa. Lelah sangat. Tapi ya itulah barangkali alarm yang diciptakan untuk ibu hamil supaya tidak merasa gagah terus-terusan dan diingatkan jika ia sedang mengandung calon manusia.

Rasanya baru kali ini merasakan rasa lapar yang hebat tapi begitu makan sulit sekali makanan itu bisa dikunyah dan masuk ke lambung. Rasanya mual. Satu piring seperti seabad rasanya masa menghabiskannya. Sesudah makan rasanya ingin dikeluarkan. Tapi aku tahan. Benar saja, sekitar tiga jam kemudian sudah lapar lagi. Hehe...

Apapun deteksi orang terhadapku, aku tak peduli. Toh anakku masih ada dalam kandungan. Jadi siapapun boleh berkata apa saja. Dia belum muncul ke luar rahim. Terpenting aku bisa jaga diri. MEmang seperti terpenjara tidak ke mana-mana dan tidak banyak melakukan kegiatan. Tapi ini adalah hal yang kami nantikan selama dua tahun. Jadi kami akan berusaha sekuat tenaga memberikan yang terbaik. Ya Gusti lindungi kami...