Senin, 13 Mei 2013

Cerita di Balik Derita

Siapa sih yang ga kalut menghadapi anak sakit? Saya sudah pasti karena saya tergolong panikan. Kalau anak sakit, biasanya saya berusaha menenang-nenangkan diri. Memberi tahu diri sendiri jika anak saya baik-baik saja, tak mengalami sakit yang berat.

Sampai saat ini, sudah dua kali anak saya dirawat inap di rumah sakit. Pertama saat berusia 23 bulan (masih ngASI) dan kedua usia 38 bulan (sudah nyapih). Semoga tidak ada lagi "jajan" ke rumah sakit macam ini.

Saya tidak akan bercerita tentang masa sedih, galau, risau menghadapi anak sakit. Kurang lebih sama lah dengan rasa yang dialami banyak orang. Saya justru akan membagikan masa menyenangkan selama anak saya sakit. Benar, ada hal lucu yang membuat saya tertawa selama ia dirawat di rumah sakit.

Dua kali dirawat inap, dua kali pula ruangan tempat Faiz menginap penuh dwngan nyanyian. Saat pertama kali dirawat di rumah sakit di Bandung, lagu favorit Faiz adalah "Bintang Gede". Ini bukan lagu baru atau lagu ciptaan siapa-siapa. Ini adalah lagu yang liriknya sedikit diubah. Kata "kecil", "biru", dan "banyak" dalam lagu "Bintang Kecil" ciptaan Daljono diganti dengan kata "gede". Jadinya;
bintang gede di langit yang gede
amat gede menghias angkasa
aku ingin terbang dan menari
jauh tinggi ke tempat kau berada.

Pasien yang ada di seberang kami senyum-senyum tiap kali saya bernyanyi. Entah menertawakan liriknya yang ajaib atau suara penyanyinya yang aduhai :-P. Oiya, saat itu Faiz enggan bernyanyi tapi meminta ibunya menyanyikan lagu kesukaannya itu. Demi anak, apa sih yang nggak meski harus menahan malu. Hahaha...

Nah kali kedua jadi pasien rawat inap di Jakarta, Faizlah yang bernyanyi. Berulang-ulang ia menyanyikan lagu "Tik Tik Bunyi Hujan" ciptaan Ibu Sud dengan suara lantang. Tiga ibu pendamping pasien lain di ruangan yang sama sibuk menyuarakan "sssttttt". Maklum karena Faiz bernyanyi di tengah malam saat pasien lain beristirahat. Ketika itu, ia rajin bernyanyi kala matanya masih melek. Sampai-sampai seorang perawat bertanya.
"Ade pinter nyanyinya. Udah sekolah sih ya?"
"Belum." Jawab saya.
"PAUD, gitu?"
"Belum."
"Oh.."kata dia dengan wajah yang tampak bingung.

Sepulang dari rumah sakit, Faiz jadi punya kebiasaan baru. Dia minta makan nasi putih tanpa lauk apapun walau hanya secuil abon bahkan garam. Nasi putih saja. Dan saya sadari sekarang kalau dia merasa tak enak badan, menunya pun sama; nasi putih tok seperti beberapa hari lalu saat ia masuk angin. Lauk yang disertakan dalam piring utuh tak tersentuh. Konsumsi susunya pun berkurang drastis. Ia hanya minum air putih. Oh ya selama ini Faiz hanya menyukai dua jenis air saja; susu dan air putih.

Entah mengapa Faiz mutih begitu. Padahal selama sakit, ya saya tak berubah tetap menawarkan dan menjejali dia dengan beragam makanan seperti keadaan normal.

Barangkali itu cara dia menetralisasi tubuhnya. Bukankah orang-orang yang suka mutih untuk keperluan tertentu tujuannya untuk netralisasi diri? Faiz mungkin merasakan enak di badan usai memakan nasi putih dan minum air putih saja. Hanya saja saya heran karena di rumah nggak ada yang suka mutih untuk kepentingan apapun. Anakku cerdas ya tahu kebutuhan tubuhnya sendiri ;-)