Minggu, 04 Oktober 2009

Pantangan dan Kebahagiaan


Sejak Februari lalu aku berobat kepada seorang herbalis. Pak Sobri namanya. Pengobatan yang kulakukan berkenaan dengan keinginan aku dan suami untuk memiliki keturunan. Kami sudah menikah sejak Maret 2007 namun hingga saat itu belum juga ada tanda-tanda kehamilan pada diriku.

Alhamdulillah pada bulan Mei aku dinyatakan positif hamil. Bukan hanya oleh Pak Sobri tapi juga testpack dan bidan. Sejak saat itu aku mengalami hal yang berbeda. Berbadan dua (ada kemungkinan berbadan tiga).

Pada tulisan-tulisanku yang lalu sudah beberapa kali kupaparkan alasan kami memilih pengobatan alternatif. Jadi kali ini aku tidak akan memaparkannya, hanya menyinggungnya saja.

Dalam menjalankan pengobatan, kami (aku dan suami) mendapatkan pantangan makanan. Tentu saja pantanganku jauh lebih banyak ketimbang suami. Pantangan yang sampai saat ini harus aku jalani di antaranya adalah cuka, asam kandis, seafood, daging bakar, cokelat, daun pepaya, mangga muda. Sementara yang sudah boleh aku konsumsi adalah kacang mede, eskrim (non cokelat tentu saja), mangga dan pepaya matang, kerupuk. Tapi ada tambahan pantangan semenjak aku positif hamil yaitu melon, sawo, duren, tape, salak, buah atep, nata de coco, air kelapa (boleh dikonsumsi menjelang lahiran). Sedangan pantangan untuk suamiku sudah lepas semenjak aku berhasil dibuahi.

Ada berbagai komentar tetang jalan yang kami lakukan ini. Orang tua kami sudah jelas mendukung. Kami diminta bersabar. Bahkan ibuku ketika kemarin pulang ke Bandung dan memasakkanku ayur lodeh, beliau meminta maaf setelah mengetahui jika cabai hijau ikut dimasukkan ke dalam sayur. Ya mau bagaimana lagi? Sudah masuk perut ya sudahlah tapi aku diminta Pak Sobri untuk kembali berhati-hati.

Namun tak jarang ada juga komentar yang pedas, tak menyenangkan, dan jujur saja membuatku sakit hati. "Ngapain sih pakai dipantang-pantang begitu? Ibu hamil kan perlu nutrisi" "Waduh hamil kok harus mantang-mantang makanan. Kasihan kan anaknya. Tar ngiler gimana" Bahkan ada yang menurutku lebih menyakitkan "Hamil kok nggak bahagia gitu sih? Makan aja serba nggak boleh. Aku waktu hamil makan apa saja tapi anakku baik-baik aja"

Mulanya semua aku ambil pusing, kuambil sedih, kujadikan bayang-bayang dalam setiap kesempatan. Aku malah jadi sedih sendiri. Aau merasa sudah menyusahkan diri sendiri dan calon anak-anakku. Tapi kemudian aku berpikir ulang. Aku salah.

Alhamdulillah jika Allah memberikan karunia keturunan pada mereka-mereka yang berbicara seperti itu dalam waktu yang cepat sehingga tidak perlu mengalami penantian seperti aku dan suami. Alhamdulillah aku diberi kepercayaan oleh Allah untuk menjadi ibu dan suamiku menjadi bapak dengan melalui penantian ini.

Kesabaran kami tengah diuji. Dua tahun menanti alhamdulillah aku mendapati diri memiiki gejala kehamilan. Hasil USG pun menyatakan aku positif mengandung anak kami. Kesabaran kami juga diuji dengan pantangan makanan. Kupikir pantangan tersebut tak salah. Semuanya ada alasan ilmiahnya. Intinya, demi kebaikan ibu dan anak yang dikandungnya. Barangkali saat ini belum nampak karena anak kami masih berada di dalam kandungan. Tapi kelak kami akan melihat hasilnya. Hasil memantang makanan.

Jika dipikir dengan pikiran terbuka, memantang makanan artinya memilih makanan. Memilih asupan kepada calon anak artinya memilihkan apa yang terbaik bagi mereka, bukan apa yang dirasa enak di mulut. Toh memantang makanan itu juga berarti memilihkan nutrisi yang tepat bagi anak-anakku. Mereka tidak dibiarkan memakan makanan sekehendak hati sejak dini.

Dengan memantang makanan, aku jadi belajar sabar dan menahan diri. Aku tidak biarkan emosi dan keegoisanku menguasai diri dengan memakan apa saja yang kumau. Jujur berat bagiku meninggalkan cokelat dan sayur asem kesukaanku. Tapi sejak Februari lalu aku sudah berhenti mengonsumsinya demi anak-anakku.

Kami berobat dan patuh pada pantangan. Insyaallah anak-anak kami sejak dini merasakan dan belajar tentang kepatuhan. Merasakan dan belajar tentang kesabaran. Merasakan dan belajar tentang memilih yang terbaik.

Jadi, apakah aku bahagia dengan segala pantangan yang harus kujalani selama pengobatan sampai kelahiran anak-anakku ini? YA! AKU BAHAGIA!

3 komentar:

  1. subhanallah mbk..sy terharu..sy sudah merit 1,5 thn, tp blum hamil jg.2 bulan yg lalu swmi sy periksa sperma, hsilnya jelek bgt..udh mnum sgl mcm obt dan ramuan cina, sy jg rjin mnumjus buah dan sayur, mbk sharing lg donk ttg ikhtiarnya, jujur sy sempet minder dg dunia luar, krn sering ditnya2 kok blm hmil..smg silahturahmi kita bs terjalin ya...

    BalasHapus
  2. wah maaf ya baru dibaca..
    alhamdulillah senang kami mendapati diri ini hamil...
    kalau mbaknya mau coba, bisa datang ke jln dewi sartika cawang di jaktim. Mbak di jkt to?
    memang mulanya berat mba, tapi insyaallah kalau kita niat, yakin dan istiqomah, Allah pasti kasih jalan. Emang sih berobat itu cocok2an ya...alhamdulillah kami cocok dengan herbalis ini, mudah2an mba juga segera menemukan yang cocok. Menurut saya sih nggak ada salahnya dicoba jalur alternatif jika itu ilmiah, ga magic, ga ilmu hitam. Alhamdulilah herbalis yg ini menurut kami ilmiah. Dia memang agak lama prosesnya.Maklum, herbalis, jadinya prosesnya ya secara alami, ga pakai tambahan zat kimia.
    kalau mau lihat2 dulu, bisa search di google Pengobatan Pak Sobri. Beliau memang tidak buka kanal khusus utk pengobatannya di internet, hanya saja banyak pasiennya (termasuk saya) yang share di internet. Kalau memang sreg, boleh dicoba. Kalau ngga, mudah2an dpt di tempat lain yg lebih sreg.
    Bismillah aja mba, ikhtiar ga putus, insyaallah dibukakan jalan...

    BalasHapus
  3. Any mengatakan
    hai bunda rima,,,aku sneng n terharu jga,perjuangan yang akhirnya berbuah manis,,aku salah satu pasien pak sobri,bru pertama kalinya berkunjung,smoga akupun sperti bunda rima,,2 thun menikah smpai saat ne blum ada tnda khamilan,, hrus lbih brsabar kali yaa,tandanya 4jji masih sayang aku..salam kenal

    BalasHapus