Kabar itu mengejutkanku. Tak pernah sebelumnya terbayangkan olehku untuk melahirkan melalui proses operasi caesar. Selama ini aku berharap, memohon, membayangkan hanya melahirkan secara normal. Seperti halnya yang dialami ibu saat melahirkan tiga putrinya dan kakakku ketika melahirkan keponakanku. Namun rupanya nasibku tak sama.
Hari Kamis aku kontrol ke terapisku. Biasanya memang aku memeriksakan kehamilan ke bidan dan terapisku, Pak Sobri. Aku bawakan hasil USG 4D. Sebelum melihatnya, ia sudah berkata, "Sepertinya harus caesar, Rim". Mendengar itu, aku bagai disambar geledek. Ketika memeriksaku, ia semakin mantap dengan ucapannya. Menurutnya, bayiku tak jua turun karena terhambat lilitan tali pusat di lehernya. Padahal posisinya sudah bagus, kepala sudah berada di jalan lahir.
Aku ceritakan padanya tentang hasil USG dan pembicaraanku dengan bidan. Dari hasil USG nampak bayiku terlilit tali pusat di lehernya (sama dengan apa yang dikatakan terapisku). Sementara bidan mengatakan, 90 persen kehamilan memang dalam kondisi bayi seperti itu. Hal itu tidak membahayakan kecuali jika tali pusat menghambat jalan lahir.
Terapisku membenarkannya. Dan kondisi kehamilanku memang seperti itu, jalan lahir terhambat tali pusat. Walaupun kepala bayi sudah di bawah, tapi ia terhambat sehingga enggan turun. Ia masih berada di atas. Menurut dia, aku jangan ambil risiko. Pasalnya menyangkut nyawa.
Dalam kondisi seperti ini, kata dia, aku tidak akan merasakan mulas-mulas sebagai tanda bukaan lahiran. Jika dibiarkan berlarut-larut, membahayakan. Ia sarankan untuk segera dilahirkan sebelum 25 Januari 2010. Sebelumnya, bidan juga menyatakan bayiku sudah matang untuk dilahirkan. Usianya sudah 38 minggu. Jadi, seandainya hendak di-caesar pun sudah diperbolehkan.
Berdasarkan hitungan bidan, bayiku lahir pada 30 Januari 2010. Jika sampai masa itu aku belum juga lahiran, akan diadakan USG ulang. Hal ini tidak dianjurkan terapisku. Menurut dia, risikonya terlalu tinggi jika harus menanti sampai 30 Januari.
Kedua kabar ini, dari bidan dan terapis, kusampaikan pada suami. Akhirnya kami sepakat melakukan caesar. Kami enggan mengambil risiko tinggi menyangkut nyawa. Tapi kami belum menentukan kapan dan di mana akan melakukannya. Besok rencananya baru kami akan ke rumah sakit untuk melihat perkembangaan dan kesediaan rumah sakit untuk caesar. Ya Allah mudahkanlah jalan kami...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar